Seminar “Mewarisi Semangat Sumpah Pemuda”


Kamis, 17 November 2016, Lembaga Pengembangan Kebudayaan Nasional (LPKN) Universitas Sarnajawiyata Tamansiswa Yogyakarta (UST) menyelenggarkan seminar bertema “Mewarisi Semangat Sumpah Pemuda”. Kegiatan tersebut diselenggarakan dalam rangka peringatan hari Sumpah Pemuda dan Dies Natalis ke-61 UST. Salah satu yang dikembangkan oleh LPKN adalah budaya menulis ilmiah. Hal tersebut perlu dimulai sejak dini. Oleh karena itu, secara periodik LPKN mengajak para siswa SMA/SMK di lingkungan Daerah Istimewa Yogyakarta untuk menjadi pembicara dalam forum ilmiah. Forum tersebut sebagai medan belajar menulis dan berbicara ilmiah yang harus dilakukan secara objektif, sistematis, dan logis.

Dalam pesannya, Rektor UST, Drs. H. Pardimin, M.Pd., Ph.D. mengharapkan agar forum ini menjadi ajang pengembangan iklim dan sikap ilmiah para siswa. Hal tersebut sekaligus sebagai persiapan mereka memasuki dunia ilmiah yang dikembangkan secara intensif di perguruan tinggi.

 

Mencegah Plagiarisme

Bertindak sebagai pembicara utama, Ketua LPKN, Sudartomo Macaryus yang membahas ihwal plagiarisme yang hingga saat ini masih terus diperangi oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Plagiarisme mulai dari copy paste hingga kopasus (copy paste ubah sedikit-sedikit) saat ini mengancam pengembangan dunia akademik. Plagiarisme tidak hanya terjadi di kalangan siswa dan mahasiswa, akan tetapi juga dosen dan profesor. Di beberapa universitas besar dan bergengsi di Indonesia pernah terjadi kasus plagiarisme.

 

Sanksi cukup beragam, mulai dari pencabutan gelar doktor, penolakan usulan jabatan akademik profesor, dan penonaktifan profesor. Semuanya itu menunjukkan keseriusan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam memerangi plagiarisme. Dalam hal pembatalan gelar akademik, kiranya perlu mendapat perhatian khusus, karena hal tersebut melibatkan dua pihak, yaitu dosen pembimbing dan mahasiswa yang dibimbing. Jika mahasiswa yang dimbimbing mendapat sanksi pencabutan gelar akademik, bagaimana dengan dosen yang membimbing? Hal tersebut perlu mendapat perhatian dan penanganan serius agar tidak terjadi di lingkungan UST.

 

Plagiarisme yang terpublikasi, satu kali akan tercatat dan menjadi dokumen abadi yang tidak akan terhapuskan sampai menjelang akhir dunia. Semoga pernyataan yang hiperbolik tersebut menginspirasi kalangan akademisi untuk menghindari plagiarisme. Mungkin saja orang tidak mengetahui dan membaca, akan tetapi hal tersebut tidak menjadikannya benar.

 

Para siswa yang tampil mepresentasikan makalah mereka 7 orang. Mereka berasal dari SMA/SMK Tamansiswa di lingkungan DIY. Kecermatan dalam menata gagasan secara tertulis dan cara memaparkan dan mempertanggungjawabkan secara lisan, semuanya menjadi laboratorium praktik (SDM).