Pendidikan Tamansiswa Mempertajam Daya Cipta, Rasa, dan Karsa


Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST) sejak 15‒17 November 2016   menyelengarakan berbagai kegiatan secara beruntun. Berawal dari peringatan Dies Natalis yang diisi dengan orasi ilmiah oleh Dr. Yuli Prihatni, M.Pd. Seusai upacara dies, pada pukul 13.00 dilanjutkan dengan upacara peletakan batu pertama pembangunan kampus untuk Fakultas Teknik. Hingga saat ini, perkuliahan Fakultas Teknik berlangsung di kampus kebangsaan bersamaan dengan Fakultas Psikologi. Dalam kapasitasnya sebagai Ketua Umum Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa dalam sambutannya menyampaikan bahwa UST mengalami perkembangan karena semua pengurusnya rukun. Rektor, Yayasan, dan Dewan Pembinanya rukun dan tidak ada gejolak yang berpotensi mengganggu stabilitas kampus. Dengan demikian, semua dapat menggunakan tenaganya untuk memikirkan kemajuan bersama.

Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST) sejak 15‒17 November 2016   menyelengarakan berbagai kegiatan secara beruntun. Berawal dari peringatan Dies Natalis yang diisi dengan orasi ilmiah oleh Dr. Yuli Prihatni, M.Pd. Seusai upacara dies, pada pukul 13.00 dilanjutkan dengan upacara peletakan batu pertama pembangunan kampus untuk Fakultas Teknik. Hingga saat ini, perkuliahan Fakultas Teknik berlangsung di kampus kebangsaan bersamaan dengan Fakultas Psikologi. Dalam kapasitasnya sebagai Ketua Umum Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa dalam sambutannya menyampaikan bahwa UST mengalami perkembangan karena semua pengurusnya rukun. Rektor, Yayasan, dan Dewan Pembinanya rukun dan tidak ada gejolak yang berpotensi mengganggu stabilitas kampus. Dengan demikian, semua dapat menggunakan tenaganya untuk memikirkan kemajuan bersama.

Orasi Ilmiah

Orasi ilmiah dalam upacara Dies ke-61 UST disampaikan oleh Yuli Prihatni dengan judul “Pendidikan Tamansiswa dan Relevansinya dalam Menjawab Permasalahan Pendidikan di Indonesia”. Disampaikannya bahwa pendidikan mampu memupuk kepribadian bangsa dan memperkokoh integritas bangsa. Kedua hal tersebut saat ini sangat diperlukan oleh bangsa Indonesia yang memiliki wilayah yang sangat luas dan beragam etnis dan budaya. Keberagaman tersebut terjalin indah yang dibingkai kokon semangat kebhinnekaan. Bila dunia Barat menggunakan istilah multikultur, Indonesia memiliki istilah yang khas, khusus, dan membumi, yaitu kebhinekaan.

Dalam orasinya, Prihatni menyimpulkan bahwa pendidikan Tamansiswa dilaksanakan dengan mempertajam daya cipta, rasa, dan karya dan menempatkan pengajaran sebagai bagian dari pendidikan. Dengan demikian, pendidikan dimaknai sebagai daya-upaya untuk kemajuan dan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin dan karakter), pikiran, dan tubuh anak, sehingga terbentuk kesempurnaan hidup yang selaras dan serasi dengan lingkungannya.

Untuk merujudkan harapan tersebut, kurikulum Tamansiswa bersifat kultural nasional. Pengembangan kurikulum berakar pada budaya bangsa dan berdasar pada Pancasila dan pada setiap jenjang memuat mata pelajaran yang dapat membangkitkan semangat kebangsaan dan cinta tanah air. Dari segi metode, pendidikan dilaksanakan dengan sistem among yang berjiwa kekeluargaan dan bersendikan kodrat alam dan kemerdekaan. Melalui cara tersebut anak didik sanggup mengembangkan potensi masing-masing dan memunculkan kreativitas dan inovasi dengan cara niteni-niroke-nambahi (SDM).